Pesawaran (DB) – Hermansyah ketua RT Nabang Sari, di Desa Kedondong, kabupaten Pesawaran, Lampung, angkat bicara terkait namanya muncul dalam berita yang dimuat di salah satu media online tentang dugaan penggelapan BLT Dana Desa beberapa hari lalu.
Kepada awak media, Hermansyah mengatakan bahwa pemberitaan tersebut tidak benar, bahkan isi dalam berita itu lebih condong berpihak kepada si pengadu saja serta menyajikan berita sesuai pendapat mereka saja. Padahal saat itu, ucap Hermansyah, ketika anak dari Ibu penerima BLT DD yang merasa uangnya hilang dan salah Wartawan onlne datang mengkonfirmasi kerumahnya, pihaknya sudah memberikan penjelasan dan pembelaan terhadap persoalan itu. Ditambah lagi Hermansyah seolah tertuduh dan di paksa mengaku padahal menurutnya dia tidak tahu menahu soal hilangnya uang BLT DD tahap 3 karena bukan dirinya yang mengambilkan uang tersebut.
Dijelaskan Hermawansyah, BLT DD tahap satu ketika cair Ibu Iyem dan anaknya lah yang langsung mengambilnya.
“Kemudian di tahap kedua, memang benar saya yang mengambilkannya melalui ATM Mini, namun itu pun bukan kemauan saya pribadi ingin mengambilkan uang tersebut. Uang BLT DD tahap kedua milik ibu Iyem saya ambilkan karena anaknya yang sedang di Jakarta menghubungi saya menanyakan BLT DD tahap kedua sudah keluar atau belum. Karena anaknya ibu Iyem bertanya seperti itu akhirnya saya kerumah ibu Iyem mengambil Kartu Debit milik Ibu Iyem untuk mengecek sudah keluar atau belum. Pada saat saya mengecek di ATM mini ternyata dana tersebut sudah keluar sehingga saya membantu Ibu Iyem untuk mengambil uang itu karena anaknya tidak ada dirumah,” papar Hermansyah, Minggu (6/9/2020) malam.
Setelah itu, sambung Hermansyah, dirinya langsung kembali kerumah Ibu Iyem menyerahkan uang tersebut, berikut kartu debit beserta struk bukti pengambilan dana tahap kedua itu.
“Bantuan itu pertahap nilainya Rp. 600.000, karena saya mengambil di ATM mini, ada biaya administrasi di ATM mini tersebut sebesar Rp.5000, saldo yang tidak bisa diambil sebesar Rp. 5000, sehingga yang bisa diambil hanya Rp.590.000, dan langsung saya berikan kepada Ibu Iyem,” ungkapnya.
Anehnya kenapa Ibu Iyem tiba-tiba mengaku hanya menerima Rp.550.000, kepada anaknya yang baru pulang dari Jakarta, dan wartawan. Padahal dia sendiri yang menerima uang tersebut utuh sebanyak Rp.590.000.
“Tidak mungkin saya memotong uang tersebut, dikasih saja saya tolak apalagi saya mau motong, kan aneh. Waktu itu saat saya menyerahkan uang tersebut, Ibu Iyem hendak memberikan uang terimakasih atau uang bensin namun saya tolak karena niat saya selaku ketua RT benar-benar niat membantu. Kenapa tiba-tiba saat anaknya datang malah mengaku uang tahap kedua dipotong, saya tadinya santai aja mungkin Ibu Iyem lupa. Tapi anehnya saya dipaksa untuk mengakui perbuatan yang tidak saya lakukan oleh anak ibu Iyem dan wartawan yang datang kerumah saya. Karena saya benar-benar tidak merasa akhirnya saya pun bersih keras melakukan pembelaan. Tapi aneh sekali berita yang muncul malah menyudutkan saya,” terang Hermansyah.
Bahkan mereka datang kerumah bukan hanya menyoal BLT DD tahap kedua, tetapi juga mempersoalkan BLT DD tahap ketiga.
“Tambah kaget lagi saya, mereka datang menanyakan juga BLT DD tahap ketiga, padahal BLT tahap ketiga bukan saya yang mengambilkan milik Ibu Iyem. Seblum mereka datang, Ibu Iyem sempat datang ke balai desa untuk menanyakan uang tahap ketiga tersebut karena ibu Iyem merasa belum menerima uang tahap ketiga sedangkan yang lain sudah cair. Saat ibu Iyem datang ke balai desa situ ada Kadus, dan saya yang menerima laporan Ibu Iyem tersebut. Kemudian saya disuruh Kadus untuk menelusuri kenapa Ibu Iyem belum menerima uang tersebut. Kemudian datanglah saya ke rumah Ibu Iyem untuk meminta keterangan lebih lanjut,” pungkas Hermansyah.(rls/tim)