Implementasi Membangun Tulang Bawang Tidak Andalkan APBD
Oleh : Rahmad Sanico Ronalta.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Tabik Punn.
Transisi pergerakan pembangunan di Kabupaten Tulang Bawang di era PJ Bupati Drs. Qudrotul Ikhwan, M.M., dibuat begitu fleksibel dalam artian mudah dan cepat, serta mengikuti alur keadaan.
Pelantikan berbagai kepengurusan organisasi yang berkaitan dengan Pemerintahan terus dilakukan dan audiensi dengan berbagai elemen juga terus dilaksanakan.
Seiring dengan hal itu, tindakan (action) harus juga terlihat, meski dalam keadaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2023 yang sudah tersusun dan keadaan Keuangan Daerah yang diisukan mengalami resesi, tentunya akan menghambat apapun itu.
Namun rasa cinta terhadap Tulang Bawang menjadi kata kunci untuk membangun Say Bumi Nengah Nyappur, dan pada setiap audiensi PJ. Bupati mendapatkan banyak saran dan gambaran keinginan untuk dapat melakukan pembenahan tempat wisata di wilayah yang dahulu kala dijuluki Paris Van Lampung.
Dengan motor penggerak salah satunya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Tulang Bawang yang mulai bergerak dengan menata wajah Kota Menggala, diawali dengan membersihkan jalan-jalan utama di Kota Menggala, kemudian memoles kawasan Wisata Cakat Raya yang berada Kecamatan Menggala Timur menjadi estetik dan keren untuk berswafoto.
Ingat ya, anggaran pergerakan pembangunan ini jangan dicari di RUP atau DPA, karena tidak akan ada, sebab anggaran pembangunan itu berasal dari kata kunci, yakni rasa cinta terhadap Tulang Bawang, dimana asalnya, sedikit bocoran jika tidak salah, berasal dari anggaran pribadi para ASN dilingkup Pemkab Tulang Bawang, dan donatur yang bahkan berasal dari luar Tulang Bawang, luar biasa bukan.
Terbaru, saya sore tadi sempat singgah bersama rekan saya, Abang MA Saidi, ia seorang politisi, dan melihat salah satu pembangunan yang juga tanpa mengandalkan APBD, berada di Kelurahan Ujung Gunung, Kecamatan Menggala, kebetulan dilokasi saya bertemu dengan Sekretaris PUPR, sapaan akrabnya Gusti Ferdi, ia bersama Abang Yantoni Bendahara di Dinas PUPR dan Paksuwandri salah satu Kabag di Setdakab Tulang Bawang yang juga singgah melihat ekskavator dan para pekerja bekerja.
Diketahui untuk sementara nama lokasi tersebut diberikan nama Tebing Gecak atau artinya tebing yang tinggi, berdekatan dengan lokasi Tangga Raja Menggala dimana tempat biasanya berlangsung prosesi adat turun di way, atau turun ke air, salah satu prosesi adat dalam acara Begawinya orang Lampung.
Ditempat ini juga akan dibangun Mushola untuk tempat beribadah, bolelah tanpa APBD tapi jika dilihat dari kasat mata, jika dijadikan proyek pekerjaan ini tentu harus dengan sistem lelang dan lebih dari PL atau Pengadaan Langsung.
Untuk nama Tebing Gecak masih sebatas saran, bisa saja nantinya akan diganti dengan nama lain. Lokasi Tebing Gecak berada di samping kanan Tangga Raja Menggala, yang mana disamping kiri Tangga Raja mengarah ke Daerah Pagar Dewa dan Gunung Katun terdapat tempat bersejarah yang dinamakan Pulau Daging Kapal Cina dan Makam Menak Sengaji gelar Paduka Rajo.
Sementara sebelah kanan berdekatan dengan lokasi Tebing Gecak terdapat Makam Menak Getti Pangeran Rajo Mego yang juga merupakan salah satu makam bersejarah yang ada di Kabupaten Tulangbawang.
Konon diceritakan, bahwa pada sekitar Abad ke 16 – 17, Menak Getti Pangeran Rajo Mego merupakan salah Hulubalang atau Pemimpin Pasukan yang membantu Menak Sengaji Gelar Paduka Rajo, salah satu tokoh pelaku sejarah perlawanan dan perjuangan masyarakat pribumi di Bumi Gattau Tejang atau yang kini disebut Kota Menggala dalam melawan para Pedagang Cina yang memonopoli perdagangan dan masyarakat pada kala itu.
Dari sedikit sinopsis diatas, Tebing Gecak tentunya menjadi suatu tempat yang cukup stategis untuk dibangun, apalagi dengan posisi menghadap langsung ke Sungai Way Tulang Bawang menjadikan magnet daya tarik tersendiri, dan tidak perlu dibuatkan kisah dan ceritanya lagi, karena sudah ada kisah dan cerita menarik di dalamnya.
Dalam implementasi membangun Tulang Bawang dengan tidak mengandalkan APBD tentu seharusnya bukan hanya bersifat fisik saja, melainkan juga bersifat non fisik, salah satunya saya berharap, dualisme dalam kepemimpinan Megow Pak Tulang Bawang dapat juga dibangun dan dibenahi tidak dibiarkan secara berlarut-larut sampai waktu yang belum ditentukan.
Karena sejatinya masih banyak yang harus dibenahi terhadap Daerah yang dahulu disebut pernah berjaya sebagai Kota Pendidikan dan Perdagangannya, agar tidak malu dengan Daerah-daerah lain dari berbagai sisi dan aspek kehidupannya. Tabik Punn.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ujung Gunung, 7 Februari 2023.