Indeks

Hari terakhir operasi pemotongan pipa inlet di karimun diwarnai demo penolakan oleh warga

Karimun Jawa, Jepara, delikbuana.com –
Diagendakan hari terakhir untuk operasi pemotongan pipa inlet oleh GAKKUM diwarnai penolakan warga RT.3 RW.5 Desa Legon Cikmas, Karimun Jawa.

Sekelompok ibu-ibu kurang lebih 20 warga sekitar tambak udang, tampak mendatangi petugas gabungan dari gabungan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan), BTN (balai taman Nasional), Kepolisian dan TNI. Melibatkan kurang lebih 40 personil, saat akan melakukan operasi pemotongan pipa inlet di salah satu tambak udang di desa tersebut. Sabtu (4 November 2023).

Dengan gaya bicara yang tidak beraturan dan apa adanya, terlihat sekali kalo memang meraka hanya masyarakat biasa.

Menurut mereka (berbicara secara serentak) “kami ini asli lahir di karimun, orang tua kami sampe embah-embah kami ini lahir di karimun, jadi kami tahu dan paham benekami ini bukan pemilik tambak, dan bukan pekerja tetap di tambak, suami kami nelayan, kerjaannya cari ikan di laut, kami bicara sama petugas, bahwa kami ini keberatan kalo tambak mau di tutup, tidak di tanggapi sama mereka (petugas lapangan).” Ungkap ibu-ibu pendemo

Salah satu pendemo siti mengatakan, “Bagi kami tambak ini sangat membantu kami, karna kalo pas waktu suami tidak bisa melaut, kami bisa bekerja di tambak, untuk menutupi kebutuhan makan rumah tangga sehari-hari, selama tidak melaut,” Ujarnya

Marseh juga salah seorang pendemo Menambahkan “kami ini asli lahir di karimun, orang tua kami sampe embah-embah kami ini lahir di karimun, jadi kami tahu benar dari jaman dulu sudah ada tambak udang di karimun ini tidak pernah bermasalah, memang pada bangkrut karna waktu itu harga udang anjlok dan cuaca buruk, warga sini saat tidak ada tambak kehidupannya sangat susah, karena suami kami bekerjanya hanya melaut, kalo pas angin barat, paling tidak 3 bulan di karimun terkena cuaca buruk, sampe suami kami tidak bisa meluat, kalo tidak melaut selama itu kan jadi kami tidak bisa makan, malah sampai dapet bantuan dari pemerintah, di kirimi sembako pake kapal perang, tapi setelah ada tambak udang lagi, pemerintah tidak pernah lagi ngasih bantuan untuk masyarakat karimun” Ungkapnya

Imbuh Undhiyah Salah satu pendemo, “Setelah ada tambak bagi kami sangat membantu, walaupun gk bisa melaut kami tetap bisa makan, karna kami di bantu dan biberi pekerjaan sama pemilik tambak, bisa bergiliran kerjannya di lihat mana tambak yang panen, kan membantu sekali buat kami.” Ujarnya

Imbuhnya, “seperti kami ini mau kerja apa lagi di karimun selain melaut, orang atas (pemeruntah yang di maksud) warga bisa hidup hanya dengan tempat wisata, tapi kenyatanya wisatawannya aja tidak nyampe kampung kami ini, semua wisatawan sudah di arahakan di karimun semua, dan pekerjanya yang di wisata juga di pilih, hanya orang-orang mereka,” Jelasnya

Lanjutnya “kami cuma orang tidak berpengalaman, mau jualan (warung) di kampung sini ya siapa yang mau beli, kalo warga kampung sini saja sama-sama susah dan tidak punya uang. mau jualan di alun-alun yang rame, yang banyak orang pun dilarang, karena hanya orang karimun kota sana yang boleh jualan di alun-alun.” Ujar undhiyah

Imbuhnya “Jadi tolong lah, kalo memang harus di jadikan tempat wisata di karimun ini, tolong tambak biar masih ada, dan silahkan di baut wisata juga, jangan mematikan tempat usaha kami saat kelaparan.” Pungkasnya.

Saat di temui delikbuana.com untuk dimintai tanggapan terkait keluhan ibu-ibu pendeno, ketua tim gabungan polhut samsul enggan meberikan statment, “kami hanya bertugas, kami diinstruksikan oleh pimpinan tidak boleh memberikan suara atau keterangan apapun.” Tegasnya.(Rikha)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button